Halaman

Senin, 16 Juli 2012

Fatimah Binti Maimun

Fatimah Binti Maimun

GresikMakam Tua 2 Fatimah binti Maimun atau dikenal dengan Putri Retno Suwari, adalah putri dari Mahmud Syah Alam dari Kamboja yang dengan rela mengorbankan dirinya sebagai wanita persembahan untuk mengislamkan Raja Majapahit yang waktu itu beragama Hindu.
Makam Fatimah binti Maimun sekarang juga menjadi salah satu obyek wisata ziarah di Gresik dan menjadi makam Islam tertua di Indonesia, dan bahkan se Asia Tenggara. Makam ini terletak di desa Leran, kecamatan Manyar, sekitar 5 Km kearah jalur Pantura.
Model makam Fatimah binti Maimun ini sangat unik, dengan bentuk cungkup menyerupai candi dan dinding atapnya terbuat dari batu putih kuno. Bentuk cungkup pada makam tersebut terlihat seperti candi karena dibuat atas permintaan Raja Majapahit. 

Fatimah Binti Maimun datang ke pulau Jawa dan mendaratkan kapal dagangnya di desa Leran, sebelah barat kota Gresik, kalau sekarang masuk wilayah kecamatan Manyar. Di Leran di temukan situs berupa batu nisan yang merupakan bukti prasasti arkeologis, di batu nisan tersebut bertuliskan :
- Bismillahirrahmanirrahim, kullu man
- Alaiha Fanin wayabqa wajhu rabbika dzul jala
- Li wal ikram. Hadza qabru syahidah
- Fatimah binti maimun bin hibatallah tuwuffiyat
- Fi yaumi al jum’ah….min rajab
- Wa fii sanatin khomsatin wa tis’ina wa arba’i mi’ atin ila rahmati (sebagian orang membaca kata “ wa tis’ina “ dengan bacaan “ wa sab’ina “)
- Allah…..shodaqallah al adzim wa rasulihi al karim.
Artinya dalam bahasa Indonesia :
- Dengan nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang setiap orang.
- Adalah fana atau hancur, hanya wajah Allah sajalah yang kekal
- Dia maha agung lagi maha mulia. Ini adalah kubur seorang pemimpin wanita
- Fatimah binti Maimun bin Hibatallah. Dia meninggal
- Pada hari jum’at…..bulan Rajab
- Tahun 495 H (sebagian membaca 475 H). Dia kembali ke rahmat
- Allah….memang benar Allah yang maha agung dan rasulnya yang maha mulia.
         Pemimpin perempuan muslim, pada tahun 475 Hijriyah, atau bertepatan dengan angka tahun masehi 1082 Masehi, demikian pula ada pendapat yang mengatakan 495 Hijriyah, atau bertepatan dengan angka tahun 1102 Masehi. Dilihat dari angka tahun yang tertulis dari batu nisan, bahwa perjuangan yang dilakukan oleh Fatimah binti maimun dalam proses Islamisasi pulau Jawa pada umumnya, untuk daerah pesisir Gresik pada khususnya, yang memasuki waktu bertepatan dengan kekuasaan raja Hindu yang bernama Airlangga, dan suasana masyarakat Jawa pada umumnya menganut peradaban patriarki, secara tidak langsung apa-apa yang di lakukan oleh Fatimah binti maimun dalam memperjuangkan proses Islamisasi kurang mendapat respons dan pengawasan oleh penguasa kerajaan Mataram Hindu pada waktu itu. Akan tetapi di sisi lain bahwa Fatimah binti Maimun telah membuka hubungan dagang dari Cina, India, dan Timur Tengah.
         Sebuah mangkuk keramik. Banyak terdapat berserakan, ada yang tertimbun tanah dan juga juga yang timbul diatas tanah. Menurut hasil survey lapangan di desa Leran dusun Pesucinan. Penulis diantar oleh salah satu perangkat desa Leran, lantas dia pun bercerita, bahwa disini (Leran), memang merupakan kota kuno yang telah hilang bahkan dia menunjukkan keramik-keramik kuno yang berbentuk mangkuk.Kalau dilihat dan diamati dengan seksama dan teliti, bahwa yang sekarang ini desa Leran merupakan sebuah kota kuno yang sudah tersentuh oleh peradaban-peradaban Islam melalui proses dagang yang berskala internasional saling menguntungkan.
        Demikian juga dengan berita yang di buat oleh tim penelitian arkeologi nomer 48, judulnya “laporan penelitian arkeologi di situs pesucinan kecamatan Manyar (1994-1996)“. Disitu ditemukan sebuah mangkuk keramik abad ke 10 – 11 masehi yang di temukan berdasarkan hasil penggalian dan eskavasi di dusun pesucinan desa Leran Manyar Gresik.
Di salah satu pulau nusantara, Jawa pada zaman itu sudah terjadi interaksi sosial yang bersifat global, dan bahwa juga masyarakat Gresik telah mengenal pedagang-pedagang Islam yang bersifat penuh sopan santun dan akhlaq yang mulia. Sehingga menimbulkan rasa simpati dari penduduk sekitar.

Sabtu, 14 Juli 2012

Cerita Singkat Sunan Giri

Cerita Singkat Joko Samudro/Sunan  Giri

Lukisan Sunan Giri
Makam Sunan Giri, Gresik

Pada suatu malam ada sebuah perahu dagang dari Gresik melintasi Selat Bali. Ketika perahu itu berada ditengah-tengah Selat Bali tiba-tiba terjadi keanehan, perahu itu tidak dapat bergerak, maju tak bisa mundurpun tak bisa.
Nakhoda memerintahkan awak kapal untuk memeriksa sebab-sebab kemacetan itu, mungkinkah perahunya membentur batu karang. Setelah diperiksa ternyata perahu itu hanya menabrak sebuah peti berukir indah, seperti peti milik kaum bangsawan yang digunakan menyimpan barang berharga.
Nakhoda memerintahkan mengambil peti itu. Diatas perahu peti itu dibuka, semua orang terkejut karena didalamnya terdapat seorang bayi mungil yang bertubuh montok dan rupawan. Nakhoda merasa gembira dapat menyelamatkan jiwa si bayi mungil itu, tapi juga mengutuk orang yang tega membuang bayi itu ke tengah lautan, sungguh orang yang tidak berperikemanusiaan.
Nakhoda kemudian memerintahkan awak kapal untuk melanjutkan pelayaran ke Pulau Bali. Tapi perahu tak dapat bergerak maju. Ketika perahu diputar dan diarahkan ke Gresik ternyata perahu itu melaju dengan pesatnya.
“Ini benar-benar kejadian gaib, kejadian diluar perhitungan manusia biasa. Pertama hanya karena peti perahu ini tak dapat bergerak, kemudian setelah peti ini kita buka perahu tak dapat bergerak maju. Ketika perahu diputar dan diarahkan ke Gresik ternyata perahu itu melaju dengan pesatnya.
“Ini benar-benar kejadian gaib, kejadian diluar perhitungan manusia biasa. Pertama hanya karena petiperahu ini tak dapat bergerak, kemudian setelah peti ini kita buka perahu tak dapat melanjutkan perjalanan ke Pulau Bali. Baiklah kita kembali saja ke Gresik, kita laporkan kejadian aneh ini kepada majikan kita,” demikian kata Nakhoda kepada anak buahnya.
Perahu itupun melaju cepat ke arah Gresik. Tanpa ada halangan dan rintangan. Padahal berdasarkan perhitungan, berlayar ke arah barat saat itu sama dengan menentang gelombang dan badai.
Mereka tiba di pelabuhan Gresik dengan selamat. Tetapi Nyai Ageng Pinatih merasa cemas melihat kapal perahu dagang miliknya kembali lebih cepat dari biasanya. “Apa yang terjadi? Mengapa kalian pulang secepatnya ini ?”
Lebih-lebih setelah diperiksa barang dagangan masih utuh seperti semula. Nyai Ageng Pinatih mulai naik pitam.
Nakhoda perahu tak banyak bicara, dia perintahkan anak buahnya membawa peti berisi bayi ke hadapan Nyai Ageng Pinatih.
“Peti inilah yang menyebabkan kami kembali dalam waktu secepat ini. Kami tak dapat meneruskan pelayaran ke Pulau Bali,” kata sang Nakhoda.
“Hanya karena peti? Apa isinya? Harta karun?” hardik Nyai Ageng Pinatih.
“Inilah isinya, kata Nakhoda sembari membuka tutup peti itu. Sepasang mata Nyai Ageng Pinatih terbelalak heran melihat bayi montok, sehat dan rupawan menggerakgerakkan tangannya sembari menatap ke arahnya.
“Bayi ………. ? Bayi siapa ini ?” guman Nyai Ageng Pinatih sembari mengangkat bayi itu dari dalam peti.
Begitu diangkat bayi itu tampak tersenyum. Hati Nyai Ageng Pinatih berbinar-binar, seketika itu juga dia merasa sangat suka pada si bayi. Lebih-lebih dia itu adalah seorang janda yang tidak dikaruniai seorang putrapun.
“Kami menemukannya di tengah samodra Selat Bali, jawab nakhoda kapal.
“Tengah samodra ?” ulang Nyai Ageng Pinatih.
“Benar Nyai Ageng.”
“Lalu apa rencana kalian atas bayi ini ?”
“Banyak di antara kami yang menyukai bayi itu dan mengambilnya sebagai anak. Tapi kami tahu betapa lama Nyai Ageng mendambahkan seorang putra, maka lebih tepat kiranya bila Nyai Ageng yang merawat dan membesarkan bayi itu.”
“Jelasnya kalian berikan bayi ini kepadaku ?” Nyai Ageng menegaskan.
“Benar Nyai Ageng.”
Nyai Ageng Pinatih merasa sangat berterima kasih kepada nakhoda dan anak buahnya. Memang sudah lama dia mengingingkan seorang anak. Sebagai ungkapan rasa senangnya.... Kepada nakhoda dan anak buahnya.
Selanjutnya bayi itu diambil anak angkat oleh Nyai Ageng Pinatih, seorang janda kaya raya yang disegani masyarakat Gresik. Karena bayi itu ditemukan di tengah samodra maka Nyai Ageng Pinati kemudian memberinya nama Joko Samodra.
Nyai Ageng Pinatih adalah seorang muslimah yang baik, walau Joko Samodra bukan anak kandungnya dia merawat dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang. Terlebih Joko Samodra itu ternyata mempunyai sifat yang baik, kepada ibunya dia sangat berbakti selalu bersikap menyenangkan hati. Kepada orang yang lebih tua dia selalu menghormati dan menjunjung tinggi. Kepada teman-teman sebayanya dia tak pernah menyakiti atau berbuat usil. Pendek kata Joko Samodra benar-benar merupakan profil anak yang menjadi buah hati orang tua dan pantas dibanggakan setiap orang tua. Ketika berumur 11 tahun, Nyai Ageng Pinatih mengantarkan Joko Samodra untuk berguru kepada Raden Rahmat atau Sunan Ampel di Surabaya.
Menurut beberapa sumber mula pertama Joko Samodra setiap hari pergi ke Surabaya dan sorenya kembali ke Gresik. Sunan Ampel kemudian menyarankan agar anak itu mondok saja di pesantren Ampeldenta supaya lebih konsentrasi dalam mempelajari agama Islam.
Dalam beberapa minggu saja Sunan Ampel telah dapat mengetahui bahwa Joko Samodra bukanlah anak sembarangan. Muridnya yang satu ini memiliki kecerdasan luar biasa. Semua pelajaran yang diberikan mampu dicerna dan dihafal dalam tempo yang tidak terlalu lama.
Pada suatu malam, seperti biasa Raden Rahmat hendak mengambil air wudhu guna melaksanakan shalat tahajjud, mendoákan murid-muridnya dan mendoákan ummat agar selamat di dunia dan akhirat. Sebelum berwudlu Raden Rahmat menyempatkan diri melihat-lihat para santri yang tidur di asrama.
Tiba-tiba Raden Rahmat terkejut. Ada sinar terang memancar dari salah seorang santrinya. Selama beberapa saat beliau tertegun, sinar terang itu menyilaukan mata, untuk mengetahui siapakah murid yang wajahnya bersinar itu maka Sunan Ampel memberi ikatan pada pada sarung murid itu.
Esok harinya, sesudah shalat subuh, Sunan Ampel memanggil murid-muridnya itu.
“Siapakah di antara kalian yang waktu bangun tidur kain sarungnya ada ikatan ?” Tanya Sunan Ampel.
“Saya Kanjeng Sunan ………. “acung Joko Samodra
Melihat yang mengacungkan tangan Joko Samodra, Sunan Ampel makin yakin bahwa anak itu pastilah bukan anak sembarangan. Kebetulan pada saat itu Nyai Ageng Pinatih datang untuk menengok Joko Samodra, kesempatan ini digunakan Sunan Ampel untuk bertanya lebih jauh tentang asal usul Joko Samodra. Nyai Ageng Pinatih menjawab
sejujur-jujurnya. Bahwa Joko Samodra di temukan di tengah Selat Bali ketika masih bayi. Peti yang digunakan untuk membuang bayi itu hingga sekarang masih tersimpan rapi di rumah Nyai Ageng Pinatih.
Sunan Ampel kemudian menyempatkan diri datang ke Gresik untuk melihat peti yang masih tersimpan rapi itu. Berdasarkan pengamatan Sunan Ampel peti itu memang berasal dari kalangan istana Blambangan, hal itu diketahui dari ciri-ciri ukiran dan tanda khusus pada peti itu. Yakinlah Sunan Ampel bahwa Joko Samodra adalah putra Syekh
Maulana Ishak yang dibuang ke tengah samodra.

Teringat pada pesan Syekh Maulana Ishak sebelum berangkat ke negeri Pasai maka Sunan Ampel kemudian mengusulkan pada Nyai Ageng Pinatih agar nama anak itu diganti dengan nama Raden Paku. Nyai Ageng Pinatih menurut saja apa kata Sunan Ampel, dia percaya penuh kepada Wali besar yang sangat dihormati masyarakat bahkan juga masih terhitung seorang Pangeran Majapahit itu.

Sejarah Gresik

SEJARAH SINGKAT KOTA GRESIK

(Gresik, Jawa Timur)

Gapura makam Sunan Giri
Gresik sudah dkenal sejak abad ke-11 ketika tumbuh menjadi pusat perdagangan tidak saja antar pulau, tetapi sudah meluas keberbagai Negara. Sebaga kota Bandar, Gresik banyak dikunjungi pedagang Cina, Arab, Gujarat, Kalkuta, Siam, Benggali, Campa dan lain-lain. Gresik mulai tampil menonjol dalam peraturan sejarah sejak berkembangnya agama Islam di tanah Jawa. Pembawa dan penyebar agama islam tersebut tidak lain adalah Syech Maulana Malik Ibrahim yang bersama-sama Fatimah Binti Maimun masuk ke Gresik pada awal abad ke-11.
Sejak lahir dan berkembangnya kota Gresk selain berawal dari masuknya agama Islam yang kemudian menyebar keseluruh pulau Jawa, tidak terlepas dari nama Nyai Ageng Penatih, dari janda Kaya Raya, yang juga seorang syahbandar, inilah nantinya akan kita temukan nama seseorang yang kemudian menjadi tonggak sejarah berdirinya kota Gresik.
Dia adalah seorang bayi asal Blambangan (Kabupaten Banyuwangi) yang dbuang ke laut oleh orang tuanya. Dan ditemukan oleh para pelaut anak buah Nyai Ageng Pinatih yang kemudian diberi nama Jaka Samudra. Setelah perjaka bergelar Raden Paku yang kemudian menjadi penguasa pemerintahan yang berpusat di Giri Kedaton, dari tempat inilah beliau kemudian dikenal dengan panggilan Sunan Giri. Kalau Syech Maulana Malik Ibrahim pada jamannya dianggap sebagai para penguasa, tiang para raja dan menteri, maka Sunan Giri disamping kedudukannya sebagai seorang Sunan atau Wali (penyebar agama Islam) juga dianggap sebagai Sultan/Prabu (penguasa pemerintahan)
Sunan Giri dikenal menjadi salah satu tokoh Wali Songo ini, juga dikenal dengan prabu Satmoto atau Sultan Aiun Yaqin. Tahun dimana beliau dinobatkan sebagai penguasa pemerintahan (1487 M) akhirnya dijadikan sebagai hari lahirnya kota Gresik. Beliau memerintah gresik selama 30 tahun dan dilanjutkan oleh keturunanya sampai kurang lebih 200 tahun.
Menjabat sebagai bupati yang pertama adalah Kyai Ngabehi Tumenggung Poesponegoro pada tahun 1617 saka, yang jasadnya dimakamkan di komplek makan Poesponegoro di Jalan Pahlawan Gresik, satu komplek dengan makam Syech Maulana Malik Ibrahim.
Semula kabupaten ini bernama Kabupaten Surabaya. Memasuki dilaksanakannya PP Nomor 38 Tahun 1974, seluruh kegiatan pemerintahan mulai berangsur-angsur dipindahkan ke Gresik dan namanya kemudian berganti dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Gresik dengan pusat kegiatan di kota Gresik
Kabupaten Gresik yang merupakan sub wilayah pengembangan bagian (SWPB) tidak terlepas dari kegiatan sub wilayah pengembangan Gerbang Kertosusilo (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan). Termasuk salah satu bagian dari 9 sub wilayah pengembangan Jawa Timur yang kegiatannya diarahkan pada sektor pertanian, industri, perdagangan, maritim, pendidikan dan industri wisata.
Dengan ditetapkannya Gresik sebagai bagian salah satu wilayah pengembangan Gerbangkertosusilo dan juga sebagai wilayah industri, maka kota Gresik menjadi lebih terkenal dan termashur, tidak saja di persada nusantara, tapi juga ke seluruh dunia yang di tandai dengan munculnya industri multi modern yang patut dibanggakan bangsa Indonesia